Sejarah Desa

Sejarah Nagari

Menggali sejarah nenek moyang merupakan panggilan moral dan kewajiban bagi setiap orang. Tanpa mengetahui orang tua dan nenek moyang biasa dikategorikan banyak orang dengan anak jadah atau haram. Istilah untuk lareh nan panjang “Koto Piliang Indak, Bodi Caniago Antah” merupakan tantangan yang harus dijawab dengan bukti sejarah. Kita harus siap mambangkik batang tarandam tentang asal usul nenek moyang kita tentunya.

Bahwa Lareh Nan Panjang adalah sosok juru pendamai dikala perselisihan antara inyiak Koto Piliang dan Bodi Caniago, pertanda bahwa nenek moyang kita adalah yang tertua di Minangkabau. Terbitnya penulisan buku sejarah Minangkabau berasal dari Luhak 50 Kota yang dibiayai penulisan dan penerbitannya oleh dana DPRD Sumatera Barat, menggelitik motivasi kita untuk berjuang dan berkorban membuktikan bahwa Lareh Nan Panjanglah asal muasal oranang Minangkabau.

Tidurnya kita sebagai pewaris Lareh Nan Panjang bagaikan tidurnya ashabul kahfi, tidurnya sampai berates tahun. Sekarang masanya cicit beliau membuktikan dengan dilengkapi prasasti dan asset budaya serta sejarah yang masih utuh, agar pemerintah Sumatra Barat dan masyarakat Minangkabau mengetahinya. Kita lanjutkan sejarahnya untuk “III Koto”.

Nagari III Koto (dibaca tigo – bukan tiga) dan dituliskan dengan huruf Romawi, terdiri dari Koto Padang Lua, Koto Galogandang dan Koto Turawan.

1. Padang Lua

Adalah Inyiak Kambang dan Puti Bunian, turun dari Perumahan Panjang menuju Panta daerah ketinggian di Padang Lua. Dari Inyiak nan baduo mempunyai keturunan : Sutan Rajo Bujang, Sutan Rumah Panjang, Sutan Kalang Kabuik, Sutan Malakerang.

Panta adalah gelanggang tempat ke-4 Sutan barundiang/ bermusyawarah artinya tempat itu “Perantara” Sutan nan Barampek sehingga diberi nama Panta.

Masih disekitar Panta tepatnya di Tanah Sirah Kutianyir tinggi Sutan Rajo Bujang memandang kea rah bukik Tabasi yang dibawahnya terdapat areal sawah yang luas. Sutan Rajo Bujang mengungkapkan kekagumannya dengan “Ondee Laweh mah Padang di Lua”. Inilah awal sebutan untuk Koto Padang Lua.

Diantara ke-4 Sutan tersebut yang berkembang adalah Sutan Rajo Bujang. Dan akhirnya lahirlah pewarisnya sekaligus pewaris Padang Lua yaitu Dt. Rajo Batuah. Setelah Dt. Rajo Batuah memiliki banyak keturunan, maka sebagian keturunannya turun ke Padang nan Laweh tadi, sehingga terbentuklah Dusun, Taratak dan Koto dan lahirlah 4 macam suku yaitu : Kutianyia, Piliang, Panyalai dan Tanjuang.

2. Galogandang

Adalah Syamsul Budin dan Putri Linduang, sepasang nenek moyang diantara nenek-nenek yang lainnya, yang turun dari Pariangan ke perumahan panjang. Dan dari perumahan panjang beliau turun Gunung Palito (perbatasan antara Galogandang dengan Batu Basa). Beliau mempunyai banyak keturunan. Dengan berkembangnya/ banyaknya keluarga besar Putri Linduang memerlukan sebuah pasar untuk tukar menukar.

Pasar yang dimaksud dulunya bernama “Pakan Tuo”, artinya artinnya pasar yang tertua atau yang  pertama, sampai kini nama tersebut masih abadi dengan sebutan Pakan Tuo. Setelah begitu ramainya sehingga digalulah/dipukullah gandang/ gendrang kerena suka cita. Dan nama inilah dengan sedikit perubahan yakni ” Galogandang”.

Dengan banyaknya keturunan dari Putri Linduang sehingga muncullah kelompok-kelompok yang akhirnya terbentuklah Dusun, Taratak dan Koto. Kemudian lahirlah suku Niniak Mamak, suku tersebut adalah Suku Tigo Paruik yakni Kapau, Korong Gadang dan Bukik Kapujan. Suku Ampek Paruik yakni Mingkuang. Suku Limo Paruik yakni Piliang, Patai, Malayu, Ujuang Tanjuang Panyalai dan Parik Cancang. Duo Suku Ka Ilia yakni Patapang, Payobada dan Simabua.

3. Turawan

Adalah Sutan Makmun dan Inyiak Rapih turun dari Pariangan menuju dan tinggal di Turawan. Kata-kata dan sebutan Turawan berasal dari tempat percaturan (sampai sekarang masih utuh batu tempat percaturan tersebut) dan dari sana pulalah lahir aturan-aturan. Sebutan ini sedikit ada perubahan dari percaturan atau aturan. Akhirnya menjadi “Turawan”.

Diantara Sutan Makmun dan Inyiak Rapih yang memiliki banyak keturunan adala Inyiak Rapih, maka muncullah kelompok-kelompok yang kemudian terbentuklah Dusun, Taratak dan Koto. Sehingga lahir pula suku dan persukuan yang terdiri dari : Payobada, Simabua, Biaro dan Koto Kaciak.